Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Yang terutama perlu kita pertahankan adalah kesadaran kita.

Pertahankan pikiran kita

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 5 Juni 2023


Di bidang atletik, pentingnya suatu pertahanan yang kuat tidak perlu ditekankan lagi. Lebih dari sekedar mencegah tim lawan memenangkan angka, hal tersebut dapat membalikkan seluruh keadaan dan menghasilkan kemenangan. Demikian pula umumnya kita mengambil langkah-langkah pertahanan dalam hidup kita sehari-hari. Kita melindungi kerahasiaan pribadi dan perusahaan dengan kata sandi komputer yang rumit, mengamati dengan hati-hati kondisi serta pengemudi lain bila sedang berkendara, mengunci pintu pada malam hari dan menghindari situasi berbahaya sedapat mungkin.

Dalam zaman Alkitab, orang mendirikan tembok-tembok mengelilingi kota-kota mereka demi perlindungan dari serangan. Tetap saja mereka menyadari bahwa hal tersebut tidak cukup untuk memastikan keamanan mereka dari musuh, sehingga mereka mengandalkan kuasa yang lebih tinggi, lebih pasti dan lebih kuat: Allah. Pemazmur menjelaskan kepercayaan yang demikian pada Allah dengan menulis, “Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku” (Mazmur 62:6). Dan nasihat bijak yang dituliskan kepada umat Kristen awal di kota Efesus di Yunani mendorong kita untuk menyatukan diri dengan kuasa Allah. Penulis mengibaratkan sifat-sifat pikiran yang rohaniah—seperti kebenaran, keadilan, dan iman—sebagai perlengkapan senjata (lihat Efesus 6:10–17).

Kebenaran bahwa Allah adalah pertahanan sempurna terhadap serangan apa pun menjadi sangat jelas bagi saya.

Jadi, yang paling perlu kita pertahankan adalah kesadaran kita, dan hidup dengan sifat-sifat ilahi tersebut diatas membantu mempertahankan terhadap sifat-sifat dan sikap duniawi yang dapat melukai diri kita atau sesama kita. Misalnya kita merasa marah atau tidak sabar, maka keadaan mental demikian mungkin berakibat kepada serangan verbal atau bahkan fisik. Sebaliknya, bila pikiran kita tenang dan penuh kasih, kita lebih bebas dan murah hati dalam tutur kata dan perbuatan kita. Dan pikiran-pikiran rohaniah dalam keyakinan teguh bahwa kita aman dalam perlindungan dan bimbingan Allah mendukung perbuatan yang meyakinkan dan tanpa takut. 

Dalam suatu artikel berjudul “What our Leader says,” Mary Baker Eddy, Penemu dan Pendiri Ilmupengetahuan Kristen, mengarahkan kita kepada cara terbaik untuk mempertahankan pikiran kita dengan mengandalkan Allah, Kebenaran dan Kasih ilahi: “. . . tetaplah penuhi pikiran anda dengan Kebenaran dan Kasih, sehingga dosa, penyakit dan maut tidak dapat memasukinya. Adalah jelas bahwa tidak sesuatu pun dapat ditambahkan kepada pikiran yang sudah penuh. Tidak ada pintu yang dapat dilalui kejahatan, dan tidak ada tempat bagi kejahatan dalam budi yang dipenuhi kebaikan. Pikiran yang baik adalah baju zirah yang tidak dapat ditembus, dengan mengenakannya anda sama sekali terlindung dari serangan kesesatan jenis apa pun. Dan tidak hanya anda sendiri yang aman, tetapi semua yang ada dalam pikiran anda beroleh manfaat darinya”  (The First Church of Christ, Scientist, and Miscellany, hal. 210).

Baru-baru ini saya mengalami pengalaman yang membuktikan bagaimana bersandar kepada Allah sebagai pertahanan kita yang terbaik dan sempurna dapat membawa kesembuhan yang serta-merta. Sesudah bekerja, saya bangkit dari meja dan berjalan menuju ruangan lain. Tiba-tiba, saya merasa pusing dan disorientasi. Saya membaringkan diri di tempat tidur tetapi masalahnya berlanjut. Saya ke dapur dan mencoba makan sesuatu namun saya kesulitan untuk duduk tegak di meja. Ketika saya kembali berbaring , saya menyadari bahwa kesadaran saya sedang mengalami serangan hebat dan bahwa saya perlu segera mempertahankan diri. Saya berpikir, “Apa yang sedang menyerang saya? Bagaimana cara terbaik saya mempertahankan diri?”

Dalam kesulitan saya, saya berpaling kepada Allah, mohon bimbinganNya akan apa yang perlu saya lakukan untuk mempertahankan diri secara mental saat itu. Suatu pikiran yang jelas segera timbul: “Allah adalah pertahananku!” Allah adalah pertahanan yang sempurna dan tidak terkalahkan terhadap bentuk kejahatan apa pun yang kita hadapi. Saya tidak perlu mencari sumber mental dari ketidakselarasan itu. Bukan tugas saya untuk menciptakan strategi pertahanan terhadap penyakit yang agresif. Saya dapat dengan yakin melepaskan suatu rasa tanggung jawab perorangan untuk kesehatan dan perlindungan saya, dan percaya kepada pertahanan Allah yang terus menerus dan tak terkalahkan akan kesehatan dan kesejahteraan saya. Kebenaran ide ini— bahwa Allah adalah pertahanan sempurna terhadap serangan apa pun—menjadi sangat jelas bagi saya. Sesungguhnya, demikian jelas sehingga saya segera bangkit, sehat seutuhnya. Tidak ada masa pemulihan. Saya pulih kembali baik secara mental maupun fisik. Dan saya sangat bersyukur mengalami kesembuhan serta-merta demikian.

Pertahanan kita berdasar teguh pada kesemestaan dan kebaikan Allah, Roh dan ciptaanNya.

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk mempertahankan pikiran kita terhadap pengaruh-pengaruh yang bermaksud mencederai kita—dan bukan hanya kadang-kadang tetapi senantiasa. Ny. Eddy menasihati para anggota Gereja nya untuk setiap hari mempertahankan diri mereka “terhadap saran mental yang agresif” (Buku Pedoman Gereja Induk, hal. 42). Hal ini telah menyelamatkan saya dalam banyak peristiwa dalam melindungi saya dari kecelakaan, penyakit, dan banyak pengalaman sengsara lainnya. Apa pun bentuk yang dipakai kejahatan—penyakit, kecelakaan, kekurangan, kebencian—adalah penting untuk melihat hal itu sebagaimana adanya: saran, bukan kenyataan. Dengan demikian, pertahanan kita berdasar teguh pada kesemestaan dan kebaikan Allah, Roh dan ciptaanNya.

Dengan yakin kita membangun dan memelihara suatu pertahanan kokoh yang melindungi kita setiap hari dengan cara menaruh kepercayaan kita pada Allah, dengan menegaskan bahwa “. . . Allah—seperti di surga, demikian juga di bumi,—maha kuasa, mahatinggi” (Mary Baker Eddy, Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, hal. 17). Dengan tegas kita menyangkal kepercayaan bahwa manusia rentan terhadap bahaya fisik atau mental, dan bahwa ia berada diluar pemeliharaan sempurna Allah. Kita menyangkal kepercayaan bahwa manusia bersifat berdosa atau bahwa kita dapat dijauhkan dari sifat rohaniah dan kemurnian kita yang alami. Kita mengakui ketidakterpisahan kita dari Allah—pertahanan sempurna dan tak terkalahkan terhadap semua tuntutan kejahatan. Dengan melakukan demikian, kita aman, dengan pengertian bahwa “bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah” (2Tawarikh 20:15)

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.